Selasa, 13 November 2012

Cuma belajar dari trotoar jalan

belajar pada kenyataan ternyata akan lebih melekat
ketimbang bekas sabetan rotan guru PPKN yang memaksa kita
agar masuklah ke otak
meresap di sel-selnya

aku banyak belajar dijalanan
yang banyak menerangkan
bahwa hidup itu memang keras!
bukan hanya sekedar panggung sandiwara
bertiket murah yang habis terjual diborong para cukong di mangga 2

merasa.. membaca..
mencoba mencegah hal yang memang bukan semestinya..
akulah si liar dari belantara yang muram
keluar dari hutan
mencoba telusuri kota
bukan terhanyut akan kota

di tiap aku melangkah
harusnya ku bela sebuah kejujuran
harusnya ku pastikan langkah di lurusnya jalan
meski manusia terkendali tuhan
berusaha itu lebih baik
daripada mendiamkan kebodohan
dan itu ku paksakan meski berat

seperti'nya aku terlebaykan
jika memang seperti itu adanya
mari kita berperang argumen perasaan
dan kita lihat
apakah sebuah kejujuran sudah tak lagi di minati tuhan 




oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 10 Agustus 2011 pukul 12:57

Dikepala yang berat terasa

Udara malamku makin berasa mabuk
dua botol ber'alkohol
dua bungkus penyakit terbalut kertas
lambung memerih
kecutkan senyuman kawan
seperti berdiri di awan
di hembus angin manja
semilirkan irama kepedihan yang sirnanya sementara
denyut-denyut nadi ini seperti berkumandang
memekikan ratapan
menjelaskan...
bahwa aku sedang saja terpedihkan...


oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 5 Agustus 2011 pukul 23:58

Anak-anak kecil diperempatan jalan,teman-temanku dalam kesendirian

Masih teringat hingga siang bertemu malam
di prapatan sial yang menaruh banyak kemalangan
memaksakan ribuan mata untuk mengiba
menidurkan beberapa otak untuk berfikir di jernihnya dusta
aku hanya bisa menenangkan segala perasaan
yang menenggelamkan naluri..
dengan segala tatapan yang acap kali menegur hati ini
bahwa aku juga memiliki yang mirip seperti mereka


semoga yang lalu tetaplah berlalu
semangatilah hari harimu dengan semua hal yang indah-indah
aku kan selalu mengiringi kalian


oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 4 Agustus 2011 pukul 2:08

Fikirkan jika memang penting

ya... memang lucu...
silahkan saja menertawakan
silahkan cibir se'jebleh-jeblehnya
lalu porak-porandakan!
cangkul dalam-dalam mata hati
tinggal kau  tanam apa nantinya

bukan tangisan yang akan membela kita
dalam pecahnya kaca-kaca jiwa


oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 3 Agustus 2011 pukul 2:05

Bermalam di sarang sekumpulan teri bernyali api

Tibaku disini
terlelap sepi semua mati
berserakan tubuh-tubuh lelah
berantakan bungkus kopi sisa
mungkin mereka cepat melelapkan diri
agar dapat lebih cepat di awal pagi
menantang...
berperang..
terhadang...
bahkan terkadang..
aku masih tertegun membayangkan
masih termangu daam khayal yang terputus keterbatasan

mana yang pantas...?
jika mereka seperti aku
atau aku yang menjadi mereka..
entahlah.. aku ikuti saja alur ini



Oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 26 Juli 2011 pukul 3:09

Menyelam bukan berarti harus tenggelam

Coba kau cermati....
setiap pelajaran yang kau simak
setiap langkah yang kau dapat
setiap bahagia yang kau kecap
setiap hina yang kau injak
tersirat sebuah makna'kah
atau terbuang begitu saja tanpa basa...?!


oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 16 Juli 2011 pukul 12:00

Waktu yang tercaci


Tanamkanlah rasa benci yang indah
separau suara kentut yang merdu
cobalah melintasi nadi-nadi saluran tai
selami.. hayati.. semua busuknya keinginan
usah fikirkan kesetiaan
jika hanya mencekik semua harapan

jadilah iblis sejati...
kepakan sayap menutupi mata
mematahkan tonggak terdalam
menggali boroknya luka sesama
ya... memang kesuka'an adalah kebanggaan
meski belukarpun pasti kan di hajar

seperti tak bersepatu
berlari-lari mengitari lapangan mimpi
seperti tak bercelana
menjadikan diri sebuah emosi
masihkan mempunyai mati...?
harusnya tak di jadikan sebuah hobby



oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 16 Juli 2011 pukul 11:47

Kembali lagi

Tadi pagi gw terbangun
digugah perih dilambung
termualkan asap yang semalaman yang ku telan
tanpa lama aku tiba di ruangan yang berpenampung air
ku muntahkan semua
ku kuras habis hingga perihnya makin menggila
tak kusiram... biarkan saja
membekas di dinding
aroma yang makin memualkan
masih belum ku siram...

kembali aku terkapar di gudang yang berantakan
beralas banner baru yang wangi'nya menyesakan
langit-langit kamar memelototi tatapan ini
membaca setiap keinginan dalam khayalan
kucoba tenggelamkan diri ini ke mimpi yang belum selesai tadi
mencoba menyambungnya dengan judul yang lain 




oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 12 Juli 2011 pukul 14:42 

Pegang tiang ini

keheningan malam ini membiaskan tatapan yang lamur
aku masih hanya terdiam
meski sudah banyak yang kusampaikan kemarin-kemarin
hanya menanti mekarnya
yang kita tau kapan itu hasilnya tertera
di dalam fikiran...
di kesenyapan naluri..
cuma Allah yang tau
dengan niat yang kita punya
dengan segala upaya yang kita bisa
sampai jelasnya di depan mata

Aku masih terus berusaha
tak kan ku palingkan komitmen ini
semoga semua bisa membantu agar lancarnya mengalir
tanpa sumbat yang membuntukan daya nalar
tanpa dendam yang ke kanakan


oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 12 Juli 2011 pukul 1:57 

Warna langit malam

Terkadang rasa ingin memiliki itu timbul akan adanya
sebuah gesekan visual yang memang jelas terbuka nyata
mengelilingi ruang fikiran dilingkup tak terbatas angan
mengisi hati dengan senyuman energi hayati
menggilas karatnya samsara selama yang terlampaui

mungkin saja aku terlena
hingga aku berandai-andai
dan di setiap kelopak mata ini terbuka
ingin selalu dimulai oleh indahnya

namun aku masih belum bisa bergerak
untuk menyerukan akan sesuatu yang juga aku tak menampiknya
mewujudkan asa yang masih terus saja meminta
langkah ini masih terluka

jika memang jalur itu ada...
pastikan cahaya itu menuntunku ke arahmu
agar aku tak tersesat dan bisa tiba tepat di hadapmu


oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 9 Juli 2011 pukul 23:29 ·

Bukan kalian


ku tuangkan semua sampah ini
bukan untuk sebuah arogansi
bukan pula untu mengumpulkan segala puji
hanya ingin meluapkan rasa
kegundahan jiwa yang belum masih bersarang di kandangnya
mungkin sedikit banyak tulisan ini berkisah tentang
semangat yang hampir mati
atau juga tentang lelahnya melalui perjalanan yang sudah lumayan panjang ini

mungkin tak akan ada ketenangan yang teraihkan
jika masih banyak ratapan suara...
tatapan kosong hampa...
tak tertuju pada apa yang ditujukan
masih seputar lingkup kisah di kebiruan malam

tak ayal jika memang aku meresah
sebuah kejujuran yang mati
terselip di sela-sela panorama hina
yang sempat membutakan mata sejenak
untuk siapa dan apa aku pun masih bertanya

kehidupan yang penuh tanda tanya
kekhilafan yang makin berjaya
keberanian yang masih terlunta
aku tak akan melupakan apa yang sudah terlintas
dan juga pernah membekas
diantara semua tempat yang pernah kusinggahi
hanya beberapa yang tak menganggapku mati
ketipisan ku akan religi menimbulkan ketamakan..
berjiwa idealis berlandas egois

aku yang masih mengikuti langkah ini berlaku
menampik cacian...
membakar kata-kata yang membasikan asa
masih ingin kuteruskan..
menghilangkan rasa kecewa
mencoba menghapus di tiap luka yang ada
hanya saja belum mampu ku tindas sekaligus
dan akupun masih dibuntuti rasa ketidak adilan duka
atau pula ketakutan akan kehilangan semua hal yang kusayangi
termasuk 2 nyawa yang akan terus ku genggami
kemana perginya aku masih mencari
meski memang kuharus sadari jika memang kesepian ini kan abadi

kegilaanku akan dunia
tlah banyak membutakan semua indera dan juga hati
hingga tak dianggap oleh salah satu pembesar diri ini
mungkin nama ini tlah terhapus di urutan silsilah
namun...
kecintaanku akan musik membuatku bisa memilah
antara keyakinan dan ikut-ikutan
tak salah mungkin jika ku memperdalamnya terlalu dasar
dan ketertarikan ku terhadap alam
membuatku tertantang akan kerasnya kenyataan
belajar membaca karakter
belajar bertahan hidup tanpa se'orang lain
meliuk di liku-liku zaman
tanpa kekakuan yang mengurangi rasa sosialisasi

akulah sendiri...!
bukan kalian yang menemani
dan bukan pula harapan yang bayang-bayang
semangati saja hidup ini
dengan apa yang sudah kalian genggami dan akan dipelajari
untuk sebuah kebenaran
yang pastinya kan membunuh semua kebohongan di atas kesalahan



oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 6 Juli 2011 pukul 5:12

Masih terlalu banyak yang belum ku selesaikan

Masih banyak janji-janji yang belum terbayar
menggugah hati ini untuk terus merasa
sampai bosan ku papah segala kesemuan
aku kan tetap terus berusaha
tanpa kesedihan yang bertahan
dengan semangat hati membakar nyali

akan ku bayar semua janji
sampai ku tak lagi membebani benak ini


oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 6 Juli 2011 pukul 4:34

Bawa serta semua cerita


Aku terbutakan masa
terkoyak kebiadaban kata
dihujam besi bara
ku muntahkan amarah
di lautan murka

kuciumi busuknya luka
kucumbui heningnya hampa

waktu yang menggilas
ganas dan beringas
di bibir-bibir kaku penuh darah bergincu
tusuklah perlahan hingga hilangku
tersadar dari salah diamku

dan... semua tertawa..!
di kumuhnya duka
belantara jiwa
mati terinjak hati yang sepi

celotehkan cinta
dalam berita
lagukan lara
ya sudahlah...


oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 6 Juli 2011 pukul 1:06

Pekat

deras angin mengalir
membuka celah pada sisi bus ini
diriuhnya para asongan
dirusuhnya penumpang yang berdebat dengan kondektur
mau jadi apa sebenarnya mereka...?

aku hampir setengah mabuk
perjalannan makin membuatku kusut
hendak kemanakah langkah ini berlalu..?
didepanku orang berdiri
dengan mata yang liar
seakan ingin melucuti wanita yang disebelahnya
mungkin khayalnya tlah memuncaki birahi tertinggi

masih melaju kencang bus ini
namun ku tak bisa membakar tembakau ini
dingin'nya menahan semua keinginan

jika saja bus ini tak berjalan
apakah aku masih bisa berfikir



oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 4 Juli 2011 pukul 20:16

Aku memohon padamu

menikmati malam
dibawah juta'an bintang yang lebam
bias dari sinar rembulan yang sedang temaram

aku masih terduduk disini
berteman obrolan ngawur dari beberapa kawan

masih ku memikirkan hal tadi sore
yang membuatku mati jelas-jelas
atas kesalahan kata-kata yang kulontarkan
aku terkhilafkan
kukira bahasa canda'an masih berlaku
ternyata sudah tidak!
entah mengapa?

permita'an ma'af tlah ku lontarkan
semoga terma'afkan.. amiiin

mungkin aku lebih memilih di keroyok orang 1 kelurahan
ketimbang cemberutnya tertanam di hati ini

aku terima semua kesalahanku
aku hanya meminta permohonan ma'af aku di kabulkan
hanya itu saja

saat hari berganti
saat mentari berpulang
tolonglah beri tanda
bahwa permohonan ma'af ku tlah terkabulkan

aku memohon padamu



oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 4 Juli 2011 pukul 2:37

Cuma satu kata yang pengen gw lontarkan...

Tai...!!!


oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 1 Juli 2011 pukul 4:05

Kita masih manusia

hujan belum berheti juga
dari lelahnya sisa-sisa
sepertinya memang bukan hal yang sia-sia

mengapa ada mendung yang menemani hujan
apakah sudah paketan alam
seperti hal'nya api yang berasap
secara otomatis'nya menciptakan
apakah semua keburukan akan berbuah kebaikan
apakah semua kebaikan akan menghasilkan kenistaan
masihkah ada pencarian jawaban itu
jika memang kita tau akhirnya

kewaspadaan terhadap langkah
kedunguan perasaan yang menangkap sesuatu
kebodohan otak yang terpelihara
kita masih manusia
keterbatasan daya nalar kita terkecoh saat mengiba
terperangkap akan jiwa yang menatap mata kita dengan tajamnya
membalikan ketahanan kemampuan menebak prasangka
kita masih manusia...

jika memang kita merasa
hendak kemana dilarikan rasa gelisah
akibat dari sepalan hati yang hilang tercuri
kita masih manusia
menebak rencana yang tak selalu sempurna



oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 30 Juni 2011 pukul 16:56

Sayang langit itu jauh

disampingku ada kali
dipinggirnya ada tai!
seperti tai itukah aku..?
yang hanya bisa mengotori
memberi aroma tak sedap di depan hidangan kalian!

ya sudahlaah...
biar saja hanya langit yang merasakan tiap nafasku



oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 30 Juni 2011 pukul 2:59

Sebuah permintaan

aku tlah terbuang untuk yang kesekian kalinya
ditendang malam
dilupakan siang
semua mata mencaci
semua kata memaki
tak ada lagi ingatan ini

aku dibuang ditengah kota
yang hiruk pikuk abstrak bentuknya
tak ada keselarasan
keseimbangan rapuh di denyut nadi
kental sudah darah ini
mengucur deras membentuk lingkaran setan

sayang lambung ini tlah lama menolakmu kawan
meski ku coba pastipun matiku akan makin tersiksa
semoga aku masih kuat menahan gejolak untuk menenggakmu
hingga otak ini retak
aku usahakan tak kubuat kau pelarian
demi sang inspirasiku

aku ingin berlari kepuncak tertinggi
mengadu... mengiba pada sang pencipta
masihkah aku ada harapan yang bertandang
semua kesempatan tanpa keberhasilan
semua kemunafikan ini
yang ada hanya keberuntungan hampa
hingga aku termuak'an oleh diri sendiri

aku ingin tenang...
aku ingin tenang..
aku ingin tenaaang..!
AKU INGINKAN KETENANGAAAN...!!!



oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 30 Juni 2011 pukul 2:07

Untuk sahabat ku "Luthfi Pm"

untuk sahabat yang selalu tegar
menyerukan kalimat
ALLAHU AKBAR...!
meski terhadang kenyata'an
meski terbata pengucapan
meski terasing peradaban
meski beratnya perjuangan
meski suramnya masa depan
meski minimnya kemampuan
meski ramainya cacian
meski seperti penampakan
salut saya buat anda

seorang pemberontak zaman
di tengah ketidak adilan dan kemunafikan

untuk sahabat tercinta
"Luthfi Pm"
lanjutkanlah perjuangan anda
tegak'kan keadilan yang sama
tanpa pamrih yang menuntut materi hina



Oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 29 Juni 2011 pukul 6:20

Silahkan saja

biaskan saja!
tepiskan saja!
diamkan saja!
kutuklah...!!!
memakipun tak apa

tanpa ku kurangi rasa hormatku pada anda



oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 29 Juni 2011 pukul 5:55 

Ma'af jika aku...

Berikan saja aku belati itu
akan ku hujam jantung ini hingga tak berdetak
berikan aku virus itu
akan ku matikan semua gerak tubuh
berikan aku linggis itu
akan ku congkel mata ini
agar tak lagi terlihat di tatapanku
berikan aku parang itu
akan ku cabik kaki ini biar langkahku terdiam tak mengikutimu
matikan saja listrik itu
agar tak ada lagi sinyal yang mengetahui dimana ada kamu

aku berdo'a untuk semua kekhawatiran
untuk semua keselamatan
untuk semua kebaikan
untuk sebuah amanat yang baru saja kemarin ku dengar

demi kenyamanan kau melangkah
demi kebebasan yang kau inginkan
demi ALLAH aku selalu khawatir akan semua tindakan barumu

ma'af jika memang akulah hantu di hidupmu 




oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 29 Juni 2011 pukul 5:53

Kurasa entah

Bersandar di tembok ini
banyak cerita yang belum kulukiskan
belum cukup kanvas ini kutuangkan
warna-warna kehidupan
dengan kuas yang makin rontoknya menjadi

Ingin kulukis abstrak ini sesemrawut mungkin
agar memang tak jelas terbaca angan

tlah kulukis seraut wajah
kisah kemarin yang usang
sambil kucipratkan tinta lain disebelahnya
masih berbayang bentuknya
terhadang kenyataan..

ingin kulukiskan..
lagu ku cabik membabi buta
dan ku kumpulkan serpihannya
mengulang lagi dari awal
tanpa ku beli kuas baru lagi

tak seperti mentari memang
atau pula rembulan malam
hanya seperti sampah yang berserakan
mengotori hati dan fikiran anda

bangsat! aku makin dalam saja dalam ketenggelaman ini



Oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 29 Juni 2011 pukul 2:46

Tetaplah dijalur ini

aku kan bantah semua lagu cengeng
yang hanya bisa menciutkan nyali muda
membunuh tiap semangat yang ada
yang memang tak selalu saja indah

berilah nuansa damai yang tak sedih
taburi nada yang tak harus mendayu
dengan polesan irama semangat jiwa
meski tak didengar
jangan sampai kobaran itu mati sia-sia
biarkan saja ranumnya sejajar dengan ingin ini
yang menyuarkan jeritan hati dengan nada laki-laki
semua ada kalanya
dan pastinya tak semua pasar itu sama 



oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 29 Juni 2011 pukul 2:35



Sirnakan saja

hamparan permata yang disepan mata
seakan tak ada harganya
aku menggilai sebuah nyawa yang buta
ketenangannya menghantui selalu aku
menyeret-nyeret semua keinginan ini
mengupas rahasia hati terpendam tirani
kurasa tak percuma jika ku akui semua
samarmu tlah dapat menebarkan harumya
apalagi jelasnya...
waktu itu aku terpana
saat ini aku terlena
dalam kesemuan hawa
dalam kegontaian arah
itu saja yang bisa kurasa
terdesak emosi..
menekan hingga kerutkan dahi
kita begitu jauhnya
terpampang sekat kaca setebal dunia
hancurkan saja
jadikan kepingannya tak bersisa
kelak tak ada lagi rasa
sampai tak ada lagi asa
sirnakan saja

 

 oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 29 Juni 2011 pukul 2:27

Kosong

hari ini masih menyisakan sempilan tai di otak
membara bergejolak didasar laut kerinduan akan harap
memanjati relung ini kian tak berpijak
mata hati yang terkoyak
dibisingnya makian diri akan fikiran rusak

rentanya telapak ini dipaksa telusuri
jalan yang buntu yang tak serakah
tidak adakah pencerahan akan datang
dibirunya langit tanpa cakrawala jiwa
di gelapnya mata tak tentu arah
cuma resah yang melekat dengan setianya

aku dikikam lalu tak di indahkannya
terkulai darah bercecer asa
waktu terus berjalan
aku masih saja terduduk dengan bodohnya
menatap ke'indahan fatamorgana yang jelas maya

jika memang semua ke'indahan itu tak ada
usah lagi kau buka mata ini
dengan kedunguan yang ku punya

mungkin sementara ini
hanya bisa diam saja



oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 29 Juni 2011 pukul 0:48

Jika bisa mungkin

kita bukanlah sebuah karya yang gagal
dan jangan jadikan perjalanan mencapai akhir di sertai sesal yang mendalam
tlah banyak pelajaran yang kita dapat
sudah banyak kesedihan itu hinggap
apa kita mau mengulangnya lagi
memilih jalur itu pilihan
memprediksi suatu hal itu adalah usaha kita
mungkin kita terkadang khilaf akan dunia
sehingga banyak derita yang masih saja ada

mati itu hanya satu kali
jangan sia-siakan mati itu dengan hal yang sia-sia 



oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 28 Juni 2011 pukul 19:24

Lanjutkan kawan

anak kecil itu kini tlah dewasa rupanya
sudah mampu menggelar lapak
di tempat dimana dulu dia pernah mengais sampah dilokasi ini
semangatnya akan hidup begitu niatnya
spseri pengusaha-pengusaha kaya yang berjaya
sayangnya dia hendak korupsi kemana..?

aku menyapa
memberi jabat tangan ini
di eratnya silaturahmi yang pernah ada
aku merasa bangga mempunyai adik seperti dia
berangkat dari nista
meraih hasil bahagia di akhirnya
bukan seperti anak-anak kaya itu
yang hanya bisa mengandalkan harta
dari hasil keturunan yang memang benar ada
mengiba pada papannya
memamerkan kepunyaan orang tua dengan bangganya
semoga kemandirian bisa meracuninya
anak-anak yang lahir terlanjur kaya

kembali ke jalur awal..
aku bangga akan mu sobat..
teruskanlah perjuangan
hingga tak lagi cibiran menjadi harishari kita



oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 28 Juni 2011 pukul 18:11

Semoga tak di anggap sampah

terjebak hujan di kejauhan
jalur ini tak berarah
makin jauh kurasa
entah bisa mampir dimana

ku tarik tali gas ini
melesat menjauhi sementara
segala kepenatan kota jakarta
untuk sebuah ketenangan yang mungkin sementara
seperti kembali ke 14 tahun lalu
di tempat ini pula ku larikan semua kegelisahan
kulampiaskan segala kegundahan
tapi kemana pergi'nya mereka
yang pernah bercengrama bersama
berseda gurau hingga tergeletak ditrotoar
setelah menghabiskan puluhan botol cairan kebohongan

disini... tepat di jembatan ini
segala kesaksian tercatatkan

kami bukan gembel jalanan
kami hanya yang terlantarkan
disisihkan...
tak terpilih untuk diakui..
hanya ingin dapat pernyataan
bahwa kami juga ada
bukan sampah yang menjadi fikiran kalian semua

demi mengenang masa lalu
kan ku temani sisa-sisa teman yang masih ada disini
aku tetap sahabat mu kawan

jembatan merah-bogor 



oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 28 Juni 2011 pukul 17:25

Reuni para bakul sega goreng

terperangkap di dingin malam
menahan langkah ini disini
dikunjungan yang kesekian kalinya
untuk meladeni hasrat manusiawi
mengisi tanki sebelah kiri
yang keluarnya sudah terlalu banyak

ma'af teman...
jika hadirku menjadi kesusahan kalian
sahabat lama yang hampir terpisahkan
mencari berkah di lahan zaman
semoga lancar sampai tujuan

sambil melepas kerinduan
silahkan saja..
ajak aku menghabiskan malam


-cimanggis-



oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 28 Juni 2011 pukul 2:27

Tunggu sebentar

Aaah... lagi
ketenangan ku terusik
masalah lama yang belum tamat
tak memberi salam saat datang
hanya meninggalkan resah saat pulang

beri aku waktu
mengatur semua langkah ini
hingga saat tiba
yang seperti kau minta
ma'af jika keterlambatan ini mengganggu semua rencana & fikiranmu
tapi pasti kan ku tamatkan
dengan akhir yang matang
tanpa kedengkian
tanpa kecurigaan
beri waktu beberapa selang hari lagi
aku kan selesaikan semua

terima kasih atas semua yang lalu



oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 27 Juni 2011 pukul 14:40 

Belum juga


satu arah yang belum juga kusudahi
terasa masih jauh pangkalnya kuhampiri
aku tak merasa buta
terlihat jelas sekali meski kabut berapi
hingga sampai dimana rentetan semua ini
aku sudah terlelap
terlena hanyut di tikaman alurnya
sulit untuk berpaling
rumit masih yang lalu

aku terpenjara
hati ini ingin berkata
berteriak keras melantangkan suka...!
hingga pita suara terpecah!
berbantah..!
aku belum lelah..

kupanggil jiwa itu berkali-kali
beribu jawaban dalam diam tak beraksara
salahkah fikiran ini bertumpu
salahkan rasa ini tertuju
kurasa cukup dulu malam ini
aku masih belum mampu manggapai langit biru'mu


oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 27 Juni 2011 pukul 0:47

Bekasi - Jatinegara

senja pinggir di lingkar jakarta
riuhnya masih saja terasa
mengepulkan asap-asap harapan kelam
sambil ku dengarkan
sumbang nada yang tedengar
2 pengamen melantangkan irama
sekilas merdunya menyentuh telinga
disampingku bapak buta bersama istrinya yang setia
membantu meraba ditiap langkahnya
menyesuaikan keharmonisan jiwa
aku terenyuh...

kemana larinya asongan tadi
sejak ku panggil belum juga menghantar pesananku
mungkin kebelet pipis dan turun di tengah tol tadi..
kantuk'ku makin menjadi
sempat terlelap sebentar
aku masih mau duduk di bus ini
yang membawa puluhan manusia yang rendah hati
tanpa harus memamerkan LANDCRUISER yg mereka punya
tanpa harus membawa ANJING penjaga
cukup membawa kerendahan saja

untuk kalian semua yang ada di bus ini
hormat dari saya
yang juga belum punya apa-apa



 leh Mencari Ketenangan Jiwa pada 22 Juni 2011 pukul 19:23 ·

Aku hanya se'ekor

Ribuan sudah ku habiskan gumpalan-gumpalan asap ini
terasa penat dada
menghimpit suka berbuah duka
dengan apalagi harus kulumatkan gelisah
sedang'kan aku terbaring lemas di tengah tanah lapang
berfikir tanpa mencerna
memaki tanpa bersuara
sudah hampir muak'ku tiba
cita-cita yang belum sempurna

belum ada satupun jawaban yang tersampaikan di telinga
yang ada hanya semilir angin membawa luka

aku terperangkap disudut jaman
mengais bahagia yang masih milik orang lain
merangkak.. terbangun.. berlari..
meski harus jatuh lagi..
aku tak terlalu puritan kan..?!
atau jalan ini masih terlalu ku tegak'an..!?

mungkin aku harus masih banyak belajar pada alam
tentang apa itu arti kesenyawaan
lalu harus bagaimana..?
atau semua hanya terdiam..!?
mengunci mulut demi gengsi yang kalian punya..
haaah..! sungguh aku bukan se'orang munafik
hanya sedikit kecut pada api diri

lontarkanlah kata-kata...
jika benar.. pasti akan ku iyakan


oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 21 Juni 2011 pukul 6:17

Lalu apa lagi

yang suka berlaku dengan kerasnya
langkahmu yang tak mau ditebak
senyummu yang sembunyikan beribu makna
akan semangat hidup ini
warnamu sungguh bercorak mengagumkan

aku yang telah lama tersungkur
dengan resah yang membabi buta
masih saja bisa kurasa dengan raba-raba

beribu kata dapat ku untaikan dengan indahnya permata sandiwara
namun tak juga sanggup menutupi ke'indahan rasa
tak seperti gemerlap lampu kota
indahmu berkilaukan mutiara dasar laut samudra
menenggelamkan perlahan
hingga ku sesak jika sesaat kulupa
tak selain apa saja yang ada
masih tetap bertahta di puncaknya leyapkan samsara

sudut pandang ini sepertinya enggan menoleh
terdiam...
terpana pada satu titik yang bukan maya
tanpa fatamorgana..

buatlah aku seperti yang lainnya
merengkuh jiwa yang memang kusuka
meraih hati yang jelas ku ikuti
bukan hujan di musim ketiga
tapi memang asinnya garam hasil lautan

seraya hati ini berkata-kata
dengan kelu'nya lidah ini terbata-bata
mungkinkah ku bisa menggapaimu wahai jelita


oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 21 Juni 2011 pukul 5:59

Apakah...?

sampai saat tiba waktunya
semakin berat berasa indahnya dunia
tak bisa ku bentangkan
belum sanggup ku tautkan
langit biru hitam mencekam
kalut dengan larutnya perasaan
ukiran zaman belum ku selesaikan
masih ku asah pahat-pahat itu
dengan sketsa luntur aku meraba
hampir tersobek kemarin
serta masih ada disini
di hati ini

yang bisa kulakukan
bukan kemauan pastinya
hanya bisa berserah
aku terpasrahkan pandangan
terperosok jurang khayalan

sampai waktu tiba
tanpa harus diam terbata-bata



oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 20 Juni 2011 pukul 19:49 

Cekot-cekot

dengan ini saya menyatakan
bahwa saya atas nama diri
telah mumet dengan mampetnya fikiran ini
dan saya tidak mau mati penasaran karena terlalu banyak fikiran yang tumplek di benak
semoga semua bisa di selesaikan
dalam waktu dekat



oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 20 Juni 2011 pukul 10:18

Kita ada untuk'nya

Dini hari makin beku
seraya melantun do'a dan pujian
surau di desa sebelah terdengar parau iramanya
melirih... seperti sedih..
barisan belum juga bertambah
sedangkan sang imam tegarnya masih di tegak'nya
kemana yang lain'nya...?!
terhanyut dalam lelap'kah...
atau memang mimpi kalian telah banyak memberi kenyamanan..!?
terjagalah kawan...
kita ada untuknya...
sambil kita renungi
sudah seberapa banyakah dosa kita


oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 18 Juni 2011 pukul 5:32

Putaran baru'ku

tanpa kebosanan aku masih duduk terdiam
mecari apa... entahlah sudah
kelonggaran yang diberikan
makin membuatku banyak fikiran
seperti tanpa pagar... tanpa sekat teguran
kebebasan macam apakah ini...?

masih ku bergumam..
kenyamanan yang banyak orang lain inginkan.. apakah seperti ini..?
tanpa putar fikiran
tanpa sindiran
Huuufft..
untuk siapa aku dipanggil..?!
seperti lumpuh.. atau sebangsanya
tolong jangan diamkan aku
jangan tenggelamkan aku dalam kemalasan..!
bukan buta yang ingin kuterima
setimpal saja kita saling mengerti

sambil mengusir jengah ku mencoba tenggelamkan diri
dalam maya yang tak terbatas
hingga ku bosan.. sampai ku jengah
pindah ku cari  kegiatan
memandangi halus bulu-bulunya
mengaggumi keindahan dari lucu tingkahnya
sepasang hamster kesayangan tengah menghiburku
mencoba pecahkan gumpalan sampah membeku sejak pagi tadi
mencairkan kejenuhan...
manghanguskan rasa kantuk yang menggila

aku ingin tak terdiam
aku ingin diam yang tlah terselesaikan sudah semua


oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 15 Juni 2011 pukul 17:21 ·

Masih tetap diri ini

Saya hanya sedang berusaha untuk bisa
apa saja yang ada di dekat mata
mungkin anda bisa tergoda
ma'af... saya hanya mencoba setia
bukan mudah digoda akan kesenangan semata
jika semata hanya pengalihan untuk kemapanan
saya belum percaya..
mungkin butuh waktu yang lama untuk meyakinkan..
membujuk hati ini agar dapat terbeli
bukan waktu yang sebentar
akan sebuah penelusuran
hingga pas tepat masuk pada sela hati ini

Saya berjalan dengan mata
mata hati dan matahari

realitanya saya masih bisa melangkah
kemana saja saya mau
tanpa lirikan curiga yang menjegal langkah
jalan ini masih teramat panjangnya

merasa tertangtang dengan hal demi pengetahuan...
itu yang saya suka
bukan materi yang berlimpah tapi mati langkah
pilihanmu ambilah...


oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 15 Juni 2011 pukul 0:05

Puding coklat untuk sahabat

Diresahnya mendung sore kemarin
belum juga kata-kata ini habis terlontar
masih ada janji yang belum terselesaikan
sebuah catatan terkumpul
yang menitik beratkan rasa kecintaan pada seorang sahabat

tak sedikit cerita yang telah digambarkan
tak cukup kertas beribu lembar untuk menjadi saksi'nya
"begumulah kau wahai kesembuhan"
ujar seorang lidahku berkata
sambil mengusap..
menatap..
seberat-beratnya atas penderita'an yang sudah lama terpikulkan
sambil menyodorkan sebuah pesanan
atas ke'ingan yang memang masih ingin ditemani
berharap akan ada cerita di kelanjutan hari
untuk sekumpulan lama yang terpisahkan
sebuah derita dibawah langit yang duka

belum juga kering lekat hangat kopi dilidah ini
melesat cepat mendahului lajunya kilat
meninggalkan segumpal kenangan
mencampak'an jiwa yang sudah selesai dipinjam
menghanguskan bentangan harapan tertulis

wahai sang pencipta alam
masih dapatkah bara ini ku kembalikan ke asal?!
aku tak butuh jawaban
hanya ke'ajaiban yang langka nampaknya

untuk ketenangan yang telah tercapaikan
dan bukan buntu yang tertampakan
untuk kau yang baru saja mendahului kami
demi sebuah keikhlasan yang beratnya tak terhingga
mematikan cerah yang da sejenak
merenungi dalam kisah yang pernah terlewati
jangan lupa kami masih ada untukmu    

        selamat jalan sahabat        
          -Rina permatasari-
(24 Oktober 1986 - 12 Juni 2011)
  semoga selamat sampai tujuan

Amiiin...


oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 13 Juni 2011 pukul 3:04 ·

Berusaha merubah fatamorgana menjadi danau yang penuh dengan manisnya rasa


Dengan berteman sebungkus rokok dan secangkir teh manis
bukan dengan daya hayal yang tinggi
hanya mencoba membuka mata dengan jiwa yang tersedak nafasnya

berandailah kita laksana sampan
tanpa layar terkembang
tanpa arus menggiring
apalagi berharap sayap mengepak mengajak kita terbang ke udara

mari kita renungkan...
se'andainya sukses itu tak pernah ada...?
apa kita masih semangat menopang nyawa yang nyatanya gratis kita terima
tiap detik berjalan alur udara...
yang pintu masuk keluarnya sama

apa saja yang kalian keluhkan...?!
nada-nada sakit berkumandang di realita
sakitpun pasti dirasa
meski teriak pun tak kurang perihnya
jangan mengeluhkan hal yang belum kita geluti
sudahpun saja kita masih juga tak boleh menyatakan
adalah suatu hinaan terhadap tuhan rasa tanpa mensyukuri

sedangkan ufuk barat hampir bosan sudah menggulirkan bola api semesta
kita masih saja meladeni akal yang telungkup terinjak rasa angkuh membabi
kematian di depan mata namun tak kita sikapi dengan percaya diri

tak merasakah...
saat seperti inilah kita
jalan di tempat..
di lusuhnya semangat...
di kumuhnya cerita keseharian kita
yang nyaris dilahap habis idealis individu bertutup mata
kita belum di surga..
masih di tempat pembuangan limbah yang memang jelas masih meraba

mari berkata sesuai rencana
menyingkap tirai penghadang surya
hari sudah siang kawan...!
masihkah akan terlelap dalam mimpi busuk berbalut permata

satu titik cerah pernah kita dapatkan
terpadam oleh emosi yang sudah meninggalkan
hingga dipaksa membangun awal seperti yang pernah dilakukan
keterjagaan...
kesimbangan..
keinginan..
kemunafikan..
berbagai warna yang kita punya
cobalah kita saring..
dipilah antara si hitam dan si putih
kitapun tau segala kegunaan
cobalah pupuk keberagaman ini bersama


tanpa kekanakan membelah dunia yang kita punya
hingga mimpi kita memeluk nyata



oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 10 Juni 2011 pukul 5:13 ·

Kesunyian ini begitu indahnya

Banyak sudah yang kulalui
tanpa kecuali yang basa basi
dari sepi hingga ramai
dan akhirnya sepi lagi
biasalaah...
roda masih berotasi pada sumbu'nya

yang ku alami
bukan hanya mimpi
kenyataan diri ini masih tertatih
terseok di arusnya imagi
ingin ku cukupi
kemudian apa lagi..?

kesunyian ini begitu indahnya
tergambar panorama kepiluan
melintasi layar-layar hari
masih diliputan hati ini

masih aku pada tempatku berdiri
mencoba menggariskan cakrawala pemikiran dan nurani
yang hampir terkoyak oleh angkuhnya diri

masih ku berdiri disini
hingga kesendirian ini hanya tinggal mimpi




 oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 6 Juni 2011 pukul 2:34 ·

Bukan hanya kita saja,, masih banyak kok yang lainnya. oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 5 Juni 2011 pukul 5:18 ·

Masih di atas alas tidur ini
dekilnya seperti memuakan
namun lelapku selalu bersamanya
mengitari mimpi
menjumpai antariksa
luasnya hingga tak terhingga
meski agak tengik
tapi ya inilah milik'ku
yang masih rela kutiduri
tanpa sprei pun jadi

kuraih buntalan yang terdekat oleh
ooh.. rupanya tas kusam yang tercapai tanganku
karna tak ada bantal
terpaksa harus ku isikan dengan pakaian
sandaran kepala yang multi fungsi

masih di atas lemek tidurku ini
di atas ubin
yang lebih terlihat mengkilap
dibanding matras ini
apakah ada bedanya
antara tidur di springbed
atau kasur air
dengan tidur beralas matras..?
kurasa sama saja..
nikmatnya hanya maya kok..!?
iya kan..?

sudahlah sob
apapun alas tidurnya
yang penting
mimpinya indah...




 oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 5 Juni 2011 pukul 5:18 ·

Arus yang begitu tenangnya

Mentari yang kembali pulang
mengusung semua yang ada tadi siang
hanya sedikit memory ditinggalkan
tentang perjalanan
juga perjuangan
memang selalu begitu
dalam keseharian

untuk kita yang masih bertahan
mencoba terus melawan
melakukan kebebasan expresi
hingga deras keringat ini mengucur
hasil perasan peluh otak
yang makin hari basahnya dipaksakan
tanpa harus halalkan segala cara

aku ini manusia
bukan monster yang sanggup melahap semua harta
yang berfokus pada segala kenikmatan
ataupun keriangan diatas kebohongan
tanpa keterbatasan ketakutan
tanpa mundur yang menakutkan

aku yang masih terus meladeni angan
mengejar kendaraan
mencoba hilangkan kebusukan

matahari yang belum juga masuk ke rumahnya
masih mengintip langkah ini
dikejar mimpi-mimpi
seperti arus sungai ini
aku kembali berserah
hendak kemana aku dibawa
aku turuti saja apa mau'nya
tanpa melanggar
tetap tatapan lurus kedepan


-kali manggarai-
menjelang maghrib
 
 
 
oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 1 Juni 2011 pukul 18:42 ·

Ijazah Palsu

kemarin aku berbincang-bincang
hari ini aku mencoba diam
esoknya bacok-bacokan
dan siapa yang akan terbunuh..
itulah korban ke egoisan

mau'nya apa
aku sendiri belum mengerti..?



oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 1 Juni 2011 pukul 14:08 ·

Mengitari hari yang belum sempurna

jengah ku makan gamang ini
pahangnya makin keruhkan penciuman
haruskah mungkin ku telan?!
jika memang harus kumakan...

lingkaran itu  makin jelas melilit
menjepit jantung..
merogoh habis isi paru-paru
dibakar api ke khilafan..
untuk semua...

aku tlah coba gantungkan nyawa ini
di awang-awang penuh belukar..
tapi bukan juga jawaban yang aku dapat..
hanya bau'nya saja yang bisa ku nikmati
tentang cinta,kehidupan & masa depan
jauh makin ku dengarkan..

dengarkan saja...!
gemericik ini yang pernah segar
kian lama menusuki batin di atas kelalaian

derita hari esok yang cerah..
cerita hari ini yang resah..

ku pilin satu-satu dari semua perminta'an
dari jalan yang berbeda..
dari sekian hari yang terlunta..
ungkapan itu masih berupa gunung es
dan belum mencair pula..
sementara teriknya makin dalam

kita yang hamper tertinggal
terseok luka memerah bara
begitulah perjalan yang lama ini
dan masih kita menunggu bus di halte ini
hingga kita selamat dan sukses pada tujuan

oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 31 Mei 2011 pukul 21:26

Jangan membakar sesuatu kecuali semangatmu

ketika keindahan itu sirna
apakah kita masih dapat berkata
tentang semua ungkapan
yang hampir membawa hanyut lumat di mimpi
lebih dari apa yang kita pertahankan

teramat sulit untuk mencoba mengerti
riuhnya bergejolak dihati
dengan jejali..
semati sejumput semangat
mencoba mendorong kendaraan ini

diantara gemerlap
seribu mutiara ter'untaikan
aku tak berharap itu semua
hanya cukup yang kuminta
sembari berserah
kusujudkan.. ku tengadahkan
hingga waktu di akhir proses tiba
untuk sebuah harapan
bagi semua kepentingan
aku kan terus berusaha
hingga waktu yang tak terduga

pintaku pada hati ini
tetaplah berusaha tenang
bukan resah yang akan menghibur kita

aku kan tetap semangat..!



oleh Mencari Ketenangan Jiwa pada 31 Mei 2011 pukul 17:06 ·